Hari ini saya menemukan pelajaran hidup yang sebenarnya cukup common sense sih untuk orang lain, tapi untuk saya pelajaran ini lumayan memukul gong di perut.
Jadi kakak saya yang di Singapur akan kedatangan bayi yang Insya Allah akan lahir. Nah di keluarga sedang ada issue tentang kewarganegaraan jabang bayi ini, apakah tetap menjadi orang Indonesia atau jadi orang sana.
Sedikit ulasan tentang kakak dan istrinya. Mereka berdua adalah smarty pants yang dari SMP sampai kuliah dibayarin pemerintah Singapur, dan akhirnya mereka jadi terikat ikatan dinas dan harus bekerja untuk perusahaan apapun, yang penting perusahaaan Singapur. Mereka yang dulu dibangga2kan karena berhasil sekolah di sekolah yang "lebih baik" dari sekolah ortunya (dan gratis pula) kini menjadi tki dan tkw asal Jakarta dan Malang. Ya, saat memutuskan menerima beasiswa, gambaran penjajahan bangsa tidak terlihat saat itu. Yang ada hanya syukur Alhamdulillah, ibu gak perlu capek-capek nambah volume cucian demi bayar uang sekolah anak pertamanya.
Tentu dengan gelitikan nasionalisme, semua orang di keluarga menginginkan anak ini tetap jadi orang Indonesia. Namun bila ditimbang2, benefit kalo anak ini jadi Singaporean lebih gede karena dia akan menerima tunjangan dan fasilitas2 yang oke dari pemerintah sana. Jauh lebih besar ketimbang santunan pemerintah Depok yang cuma 2 juta rupiah per warganya. Itupun santunan orang meninggal.
Inilah yang mencubit hati saya. Saya berpikir, kenapa seseorang bisa tega mengorbankan negaranya. Apalagi kalo negaranya sangat membutuhkan dukungan seperti Indonesia. Hmhmm. Yah, ternyata karena kami miskin. Kere cuy.
Karena kami tidak kaya raya mblegedu, tiap ada kesempatan perbaikan hidup, tentunya akan disambar, kapanpun dimanapun apapun bagamanapun. Tentu saja mereka bisa memilih pilihan yang lebih nasionalis, tapi agak males juga yah kalo harus kecempet-cempet kereta ekonomi Jakarta-Bogor, padahal ada tawaran naik MRT yang sejuk.
Jadi kesimpulan saya:
Kalau orang berprinsip itu pasti karena mereka mampu untuk berprinsip. Kehidupan mereka sudah cukup mencukupi, sehingga mereka punya waktu senggang untuk memikirkan prinsip-prinsip hidupnya. Lain sama tukang pepaya yang waktunya tersita untuk muter-muter keliling komplek. "Payaa payaaaa pisaaaang jambuuuu...."
Duh, mudah-mudahan pesan yang gw maksud nyampe ke kamu yang membaca. Semoga semoga.
Jasa perTUKANGan dan perTAMANan gresik SURABAYA sidoarjo
3 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar