Sabtu, 30 Januari 2010

Go On! Marry Her!

Ia manis, manja, dengan tawa tertata. Berbedak tebal, berwajah bingung, mencari kata-kata. Tapi rambutnya itu lhoo, cocok banget sih, manis banget sih. Gak kuat gw ngeliatnya.

Tapi dia kosong, bodoh melompong. Yang dia mengerti hanya info film terbaru, dan tempat hairspa termurah di kelurahannya. Yang dia inginkan hanya menari, berjoget, bergaya bak ratu pesta, dan lelaki. Lelaki pun ia sebenarnya tidak tau kegunaannya. "Yang penting eksistensi," jawabnya berpura-pura sambil terburu-buru membuka kamus mencari arti kata tersebut.

Ya ia cantik, akan cepat dinikahi. Kawinin aja dia, dan jagalah kecantikannya. Habiskan semua kocek dari tetesan keringatmu mencangkul di lapangan gersang hanya untuk menjaga dirimu dari malu. Malu bila nanti ia jelek, dan yang tersisa hanyalah ketololan. Karena, pada hakikatnya, memang itu saja yang ia punya di dalam pintu emas berbedak gadingnya. Wanita seperti dia cocok masuk rangka sangkar madu. Yang didisplay untuk pameran di kala siang, dan disembunyikan kala gelap menjalar. Takut, bila nanti dicuri. Tapi itu saja kegunaannya. Lama-lama kau capek, dan bertanya-tanya, apa gunanya. Apa itu guna? Guna itu siapa?

Dan ketika kau sadar, kau sudah terbangun! Terbangun di atas kasur murah berdenyit-denyit di sebelah mbok-mbok pelacur pinggir rel. Lehernya sudah hilang di tutup lemak, dan pipinya merah tebal kontras dengan dahi putih dari fanbo yang ia beli ngutang di warung si epih. Ia jauh dari sangkar madu yang kau tinggal di rumah. Tapi, mbok itu nyaman. Mbok itu nyata. Mbok itu pintar. Inilah kepuasan sesungguhnya, pikirmu. Segala pemenuhan hasrat, spiritual, dan inteligensia bisa didapat di sini. Aakh, tapi aku harus pulang. Hari sudah malam dan sangkar maduku belum masuk peraduan.

Selamat tuan, inilah hidupmu sampai nanti.

1 komentar:

  1. keren.. semoga suati hari lo bikin novel atau kimpilan cerpen ya.. pasti gw beli.. pastiiii... hhee.. u rocks girl!!

    BalasHapus